Buku ini bermula dari orasi ilmiah Goenawan Mohamad dalam acara Nurcholish MadjidMemorial Lecture 23 Oktober 2008 di Universitas Paramadina berjudul “Demokrasi dan Disilusi”.
Dalam ceramah itu, GM melancarkan kritik tajam terhadap kondisi politik Indonesia, khususnya pada sistem demokrasi yang kita anut: demokrasi parlementer, partai-partai politik dan pemilihan umum. Alih-alih bicara hal-hal yang tehnis dan prosedural untuk menampik kekecewaan: bagaimana menggelar pemilu yang jujur dan adil, menciptakan pemerintahan yang bersih, transparansi anggaran dan lain-lain, GM justeru meletakkan politik dan demokrasi dalam percakapan filsafat politik kontemporer.
Untuk menangkis kekecewaan atau disilusi terhadap demokrasi GM mengusulkan untuk menempuh “satu-satunya jalan yang masih terbuka adalah selalu dengan setia mengembalikan politik sebagai perjuangan”. Meskipun diterpa kekecewaan, GM tak hendak menampik demokrasi, karena alternatifnya anarkisme atau terorisme Al-Qaedah. Ia hanya menegaskan perlunya kita memperkuat sisi “perjuangan” di dalam demokrasi dan politik.
Ihsan Ali-Fauzi sebagai penanggungjawab Nurcholish Madjid Memorial Lecture menyambut kritik GM tersebut dan membuat tradisi keilmuan yang sangat baik: ceramah GM dijadikan polemik dengan mengundang komentar dan tanggapan dari tokoh dan penulis seperti R. William Liddle, Rocky Gerung, Rizal Panggabean, Dodi Ambardi, Ihsan Ali-Fauzi dan Robertus Robet.
Buku ini bermula dari orasi ilmiah Goenawan Mohamad dalam acara Nurcholish MadjidMemorial Lecture 23 Oktober 2008 di Universitas Paramadina berjudul “Demokrasi dan Disilusi”.
Dalam ceramah itu, GM melancarkan kritik tajam terhadap kondisi politik Indonesia, khususnya pada sistem demokrasi yang kita anut: demokrasi parlementer, partai-partai politik dan pemilihan umum. Alih-alih bicara hal-hal yang tehnis dan prosedural untuk menampik kekecewaan: bagaimana menggelar pemilu yang jujur dan adil, menciptakan pemerintahan yang bersih, transparansi anggaran dan lain-lain, GM justeru meletakkan politik dan demokrasi dalam percakapan filsafat politik kontemporer.
Untuk menangkis kekecewaan atau disilusi terhadap demokrasi GM mengusulkan untuk menempuh “satu-satunya jalan yang masih terbuka adalah selalu dengan setia mengembalikan politik sebagai perjuangan”. Meskipun diterpa kekecewaan, GM tak hendak menampik demokrasi, karena alternatifnya anarkisme atau terorisme Al-Qaedah. Ia hanya menegaskan perlunya kita memperkuat sisi “perjuangan” di dalam demokrasi dan politik.
Ihsan Ali-Fauzi sebagai penanggungjawab Nurcholish Madjid Memorial Lecture menyambut kritik GM tersebut dan membuat tradisi keilmuan yang sangat baik: ceramah GM dijadikan polemik dengan mengundang komentar dan tanggapan dari tokoh dan penulis seperti R. William Liddle, Rocky Gerung, Rizal Panggabean, Dodi Ambardi, Ihsan Ali-Fauzi dan Robertus Robet.