Read Anywhere and on Any Device!

Subscribe to Read | $0.00

Join today and start reading your favorite books for Free!

Read Anywhere and on Any Device!

  • Download on iOS
  • Download on Android
  • Download on iOS

Tiada Jalan Bertabur Bunga: Memoar Pulau Buru dalam Sketsa

Tiada Jalan Bertabur Bunga: Memoar Pulau Buru dalam Sketsa

Achmad Choirudin
3.3/5 ( ratings)
Gregorius Soeharsojo Goenito adalah seorang seniman yang tinggal di Surabaya, Jawa Timur. Setelah belajar kesenian di Perguruan Taman Siswa, Madiun, ia melukis, bermusik, bermain drama dan teater bareng Lembaga Kebudayaan Rakyat pada paruh pertama 1960-an. Imbas dari peristiwa 1965 membawanya “tugas belajar” dari penjara ke penjara hingga akhirnya ia diasingkan di Pulau Buru oleh rezim Orde Baru.

Sepuluh tahun ia menjalani pengasingan sebagai tahpol di Buru . Di bawah komando Badan Pelaksana Resettlement dan Rehabilitasi Pulau Buru , Gregorius bersama para tahpol lain harus menghadapi siksaan, mengalami kerja paksa, juga memendam rasa rindu kepada keluarga. Sulit. Tetapi, Gregorius mencoba sabar dan percaya bahwa manusia punya ketegaran masing-masing untuk tetap bertahan.

Di tengah situasi sulit itulah bahan memoar tulisan dan sketsa ini lahir. Gregorius mengekspresikan memori, histori, dan perenungannya sebagai tahpol dalam tulisan dan sketsa ini tidak hanya dengan marah dan meratap, tetapi juga dengan menertawainya. “Aku tak ingin mengenang Pulau Buru sebagai kenangan pahit, nyatanya setiap jalan menuju cita-cita tak selalu indah,” tuturnya.
Language
Indonesian
Pages
224
Format
Paperback
Publisher
INSISTPress
Release
July 01, 2016
ISBN 13
9786020857114

Tiada Jalan Bertabur Bunga: Memoar Pulau Buru dalam Sketsa

Achmad Choirudin
3.3/5 ( ratings)
Gregorius Soeharsojo Goenito adalah seorang seniman yang tinggal di Surabaya, Jawa Timur. Setelah belajar kesenian di Perguruan Taman Siswa, Madiun, ia melukis, bermusik, bermain drama dan teater bareng Lembaga Kebudayaan Rakyat pada paruh pertama 1960-an. Imbas dari peristiwa 1965 membawanya “tugas belajar” dari penjara ke penjara hingga akhirnya ia diasingkan di Pulau Buru oleh rezim Orde Baru.

Sepuluh tahun ia menjalani pengasingan sebagai tahpol di Buru . Di bawah komando Badan Pelaksana Resettlement dan Rehabilitasi Pulau Buru , Gregorius bersama para tahpol lain harus menghadapi siksaan, mengalami kerja paksa, juga memendam rasa rindu kepada keluarga. Sulit. Tetapi, Gregorius mencoba sabar dan percaya bahwa manusia punya ketegaran masing-masing untuk tetap bertahan.

Di tengah situasi sulit itulah bahan memoar tulisan dan sketsa ini lahir. Gregorius mengekspresikan memori, histori, dan perenungannya sebagai tahpol dalam tulisan dan sketsa ini tidak hanya dengan marah dan meratap, tetapi juga dengan menertawainya. “Aku tak ingin mengenang Pulau Buru sebagai kenangan pahit, nyatanya setiap jalan menuju cita-cita tak selalu indah,” tuturnya.
Language
Indonesian
Pages
224
Format
Paperback
Publisher
INSISTPress
Release
July 01, 2016
ISBN 13
9786020857114

Rate this book!

Write a review?

loader