Ketika saya diberi manuskrip "Seremoni Pacar di Pintu Darurat" saya dikagetkan oleh kualitas bahasa judul. Ungkapan yang tak lazim itu seakan mengajak saya berkelana ke bumi asing yang penuh daya gugah dan pesona.
Buku puisi Seremoni Pacar di Pintu Darurat ini bisa disebut sebagai Antologi Hujan, karena setiap baitnya begitu pekat, baik yang secara langsung menyentuh seperti hujan dengan tersurat, atau yang secara tersirat mengisyaratkan nuansanya. Serupa pacar yang dirindukan ketika sepi. Membaca antologi ini tidak membutuhkan hingar bingar dunia sebab buku ini sudah terlampau meledakkan imaji. Dalam berbagai tafsir antologi ini ibarat membuka kembali setiap lembar memori silam yang terlalu sayang untung dibuang.
Ketika saya diberi manuskrip "Seremoni Pacar di Pintu Darurat" saya dikagetkan oleh kualitas bahasa judul. Ungkapan yang tak lazim itu seakan mengajak saya berkelana ke bumi asing yang penuh daya gugah dan pesona.
Buku puisi Seremoni Pacar di Pintu Darurat ini bisa disebut sebagai Antologi Hujan, karena setiap baitnya begitu pekat, baik yang secara langsung menyentuh seperti hujan dengan tersurat, atau yang secara tersirat mengisyaratkan nuansanya. Serupa pacar yang dirindukan ketika sepi. Membaca antologi ini tidak membutuhkan hingar bingar dunia sebab buku ini sudah terlampau meledakkan imaji. Dalam berbagai tafsir antologi ini ibarat membuka kembali setiap lembar memori silam yang terlalu sayang untung dibuang.